Langsung ke konten utama

Nama ku Maryam

Nama ku Maryam

Hari itu saya ndak langsung pulang, tinggal dulu barang beberapa jam di Masjid Nabawi sampai matahari mulai menyinari pelataran masjid, perlahan-lahan satu persatu payung-payung yang ada di pelataran itu mulai terbuka seiring dengan sinarnya  yang menyinari lantai marmer berwarna putih, badan masih terasa lelah, maklum mulai jam tengah malam kami sudah harus berjibaku berebut tempat di tempat  yang Rasulullah katakan sebagai Taman-Taman Syurga, ya...apa lagi kalau bukan Raudhah,...suatu tempat di masjid yang posisinya antara mimbar dan rumah nabi yang sekarang berubah menjadi makam Rasulullah.

Suhu seperti siang hari kemaren, masih panas walapun jam baru menunjukan pukul 1/2 7 pagi, ku tutupi hampir seluruh wajah ku dengan sorban yang baru saya beli beberapa hari yang lalu, sedikit bisa mengurangi dampah hawa yang lumayan tidak bersahabat ini, lalu terdengar suara menderu-deru di tiang2 payung halaman masjid, rupanya kipas2 yang terpasang di masing tiang itu mulai berputar menetralisir suhu yang mulai naik secara perlahan.

Langkah ku masih gontai, wajah ku tertunduk tak memandang sepanjang beberapa meter, maklum lantai marmer yang berwarna putih itu sedikit menyilaukan pandangan mata ku.

Yang saya perhatikan, di masjid Nabawi, hampir mereka yang bermukim sekitar masjid menjadikan masjid sebagai tempat wisata religi mereka, saya sering menemukan beberapa keluarga mengelar tikar dan karpet mereka lalu lesehan begitu saja di lantai halaman masjid di temani dengan beberapa anggota keluarga lainnya, bersama mereka tentu saja aneka makanan dan minuman, persis kayak kita2 yang pergi piknik di tempat wisata.

Ternyata yang saya tidak sadari adalah sepasang mata indah, berbulu mata lentik memperhatikan langkahku yang sedikit gontai itu, kek tidak punya semangat lah, saya betul tidak memperhatikannya hingga ketika saya melewati kumpulan mereka, seorang anak laki2 kecil menarik baju ku dan memberikan seuntai tasbih berwarna biru menyala, lalu saya mendekati kumpulan keluarga itu, saya tidak melihat ada lelaki dewasa disitu selain anak laki2 kecil tadi, adanya seorang ibu tua, dan seorang anak perempuan kecil mungkin sodaran sama anak laki kecil tadi juga seorang wanita yang umurnya antyara 25 sampe 30 tahun walapun dengan tampilan cadarnya saya masih bisa mencuri pandang bulu matanya yang lentik dan jemarinya yang putih mulus tak bercacat,..sweet, sweet...




"thank you, my name Zulham Efendi from Indonesia", saya memulai dan mengarahkan percakapan ke wanita dewasa itu, tidak ke ibu tua itu karena dia sedikit sibuk dan larut dalam lantunan dzikirnya menggunakan untain tasbih yang sama yang di berikan oleh bocah itu, lalu keadaan membisu, mungkin ada rasa grogi diantara mereka, mungkin mereka tidak pernah di sapa oleh pria ajnabi selain keluarga mereka, atau mungkin  grogi karena ke machoan ku ini,..hahahaha...

"This for you, do not exchange", (dengan intonasi nada yang dipaksakan, maklum ndak faham sama bahasa inggris ini) sambil saya sodorkan selembar duit berwarna merah muda "do not exchange" saya mengulang perkataan saya, lalu saya menatap sedikit wajah wanita muda itu, dia mengangguk, entah..apa dia faham atau tidak, lalu saya kembali gontai melangkah...

Tak berapa meter terdengar "my name Maryam", sambil dia melambaikan tangannya.

Saya balas lambaian tangannya..."ya...thanks for (sambil saya ancungkan tasbih pemberiannya itu) Assalamu alaikum (lanjut saya)

Dia tak membalas salam ku, cuma kembali melambaikan tangannya.

Sejurus kemudian, set...zul, zul,..kenapa kamu tidak mengajak lebih banyak dialog dengan wanita itu, hati ku membatin, tapi kemudian saya menyadari antara saya dan mereka ada kendala keterbatasan bahasa, lalu saya menggurutu, kenapa dulu saya ndak serius ambil kelasnya ibu Nurjanah, mungkin saja saya tak bersusah payah melafalkan beberapa kalimat bersumber dari Google Transate,...heheheh.

ah sudah lah,..jadi fitnah kalau saya pikirkan terus..mending terus melangkah keburu matahari makin naik...

Hari ke 23 Bulan ke 6 tahun ke 2019 di Madinah Kota Nabi

Catatan : wajah perempuan bercadar itu cuma pemanis tapi foto tasbih itu real pemberian Maryam

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Soundtrack/OST Drama China Yang Enak Untuk di Dengar

Popularitas drama asal negeri Panda belakangan ini menunjukan pertumbuhan yang signifikan, industri perdramaan negeri tiongkok banyak melahirkan aktor dan aktris yang berbakat dan punya nama besar, sebutlan saja Xing Fei, Dilraba Dilmurat, Angelababy, Bai Lu ,Yang, Leo Wu dan masih banyak lagi Drama China mulai tayang di indonesia di pertengahan tahun 1990 an di awali dengan drama yang bergenre wuxia yang di adaptasi dari cerita silat terkenal seperti trilogi condor, pendekar hina kelana, demi gods and semi devils, justice bao, legenda ulat sutra dan masih banyak lainnya dan seiring waktu drama china yang tayang baik itu yang tayang di platform tv resmi ataw tayang di platform streaming online telah merambah keberbagai genre, yang semua itu untuk memuaskan dahaga tontonan yang menarik bersama keluarga. Soundtrack dan OST atau yang kemudian kita sebut  saja lagu pengiring menjadi bagian paling penting dari eksistensi drama tersebut, berikut ini Beberapa Soundtrack/OST Drama China Ya...

Lirik Lagu Tuhan Su Atur Dan Terjemahannya

Tuhan Su Atur, ..kira-kira kalau di bahasa Indonesiakan Tuhan Sudah Mengatur, memang segala sesuatunya di muka bumi ini Tuhan sudah mengatur, kita tinggal mencari apa yang memang telah di takdirkan untuk kita, termasuk itu masalah cinta gaes... Jadi gini soub, kadang kita merasa berputus asa dalam hidup dan kehidupan padahal kalau kita mau merunut dari awal seharusnya kita sadar, apa yang sudah kita jalani dan apa yang akan kita dapatkan Allah sudah mengatur untuk kita, jadi tak perlu gelisah dan gundah gulana. Nah di bawah ini ada satu lagu yang begitu enak untuk di dengar, temanya tentang percintaannya, makna lagu ini kira-kira seperti yang saya tulis diatas, oh iya sekalian juga saya lampirkan lirik beserta videonya dari akun adik ku  Berikut Lirik Lagu Tuhan Su Atur Sa bahagia miliki ko Akan setia dampingi ko Saling percaya buang ego Mo kasih tinggal tara mungkin to Mana mungkin to e Sa kas tinggal ko e Ji tara mo sampe Ko itu sa pu rempe Yakinlah pasti ko kan bahagia Tra ...

Tentang Drama Terbaru Dilraba Dilmurat "Sword Rose"

Cahaya malam membias di wajah Deng Yan, menyapu lembut kulitnya yang pucat diterangi lampu-lampu jalan yang temaram. Ia berdiri diam, membeku di depan sebuah warung kecil yang tampak biasa di mata orang lain, namun bagi Deng Yan, tempat itu adalah pintu kenangan yang tak pernah benar-benar tertutup. Tatapan matanya tajam, tapi tak menyimpan kemarahan, di balik sorotan sayu itu, ada beban yang berat, rasa bersalah yang sudah lama tertanam dan tak pernah bisa ditebus. Ia memandangi warung itu, tempat di mana sahabat masa kecilnya dulu sering duduk di samping ibunya, tertawa, bercerita, bermimpi. Kini warung itu sunyi, seperti hati sang ibu yang tak lagi punya tempat bersandar. Kepergian putrinya bertahun lalu bukan sekadar kehilangan, itu luka yang terbuka, dan Deng Yan tahu, sebagian dari luka itu ada karena dirinya. Ia tidak bisa menyelamatkan sahabatnya. Ia tidak bisa mencegah tragedi itu. Dan meski tak pernah diucapkan, ia tahu  sang ibu menyalahkannya. Kadang dengan diam, kadang...